Category Archives: Kegiatan Havebe

Pertempuran 10 November Surabaya 1945

Siapa yang tidak tahu tentang hari pahlawan ini? Di sinilah semangat juang yang tinggi ditunjukkan oleh rakyat Indonesia, bukan saja hanya rakyat Surabaya sendiri, dalam menghadapi kekuatan asing yang ingin menguasai nusantara.

09

 

02

Dalam peringatan hari Pahlawan tahun 2013,  Havebe menyempatkan hadir untuk berkumpul dengan para reenactor dari seluruh Indonesia dalam kegiatan reenactment kolosal yang tiap tahunnya diadakan di Surabaya.

46

51

Pada peristiwa tahn 1945, para Pejuang melawan sekutu yang terdiri dari British Indian. Para reenactor menggunakan property dan pakaian yang menyesuaikan dengan kejadian sejarahnya. Disinilah diperlukannya ketelitian dalam menampilkan sebuah teatrikal sejarah.

Havebe bersama seluruh pendukung acara yang terhitung ratusan orang, rela berpanas-panas di kota Surabaya demi menyampaikan informasi sejarah dalam bentuk teatrikal kolosal.

Tentunya udara yang panas sangat berpengaruh pada rekan-rekan Havebe yang berasal dari Bandung. Dehidrasi menjadi masalah selain sakit kepala dan mimisan akibat terik matahari.

11

Teatrikal ini dimulai dari kedatangan Inggris dari arah utara menyerang ke viaduct kereta api di jalan Pahlawan. Di sana para pejuang bertahan dan akhirnya mundur ke selatan.

53
Teatrikal dilanjutkan dengan parade dari depan kantor Gubernur Jatim menuju Balaikota. Sepanjang perjalanan teatrikal dilaksanakan lagi sampai 3 kali. Tentunya membuat para peserta dari Bandung makin kehausan, tapi semangat juang dan kebersamaan membuat hati gembira dan melupakan rasa haus dan lelah.

Oleh : Ali Sopan Anak Pengkolan

Foto : Hosea Aryo Bimo

Pertempuran Konvoi Bojongkokosan

Pertempuran Bojong Kokosan adalah pertempuran yang terjadi ketika konvoi tentara Inggris (Sekutu) yang hendak memperkuat pasukannya di Bandung disergap para pejuang Indonesia di Bojong Kokosan, Sukabumi.

Kabar yang diterima para pejuang menyebutkan bahwa pasukan Sekutu yang hendak menuju Bandung ‘hanya’ terdiri dari seratusan orang yang dikawal beberapa kendaraan lapis baja dan persenjataan modern. Sekitar pukul 15.00, kendaraan pengawal konvoi Sekutu terjebak lubang yang disiapkan oleh para pejuang di jalan yang diapit dua tebing di Bojong Kokosan. Pertempuran sengit ini terjadi selama sekitar dua jam, sebelum akhirnya tentara Sekutu bisa melanjutkan perjalanannya, meskipun sepanjang jalan masih terjadi tembak-menembak. Desa-desa di sekitar arena pertempuran yang ditinggalkan ini kemudian dibombardir oleh pasukan udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force).

20131130_122121
Bapak Eddie Sukardi (98 thn), Komandan Resimen TKR Sukabumi

 

20131130_122153
Anggota Havebe saat mengunjungi pak Eddie Sukardi

Pada sebuah kesempatan, Havebe mengunjungi kediaman Komandan Resimen TKR Sukabumi yaitu bapak Eddy Sukardi yang juga memimpin penyerangan terhadap konvoi sekutu tersebut.

satibi
Para reenactor bersama pak Satibi, veteran pertempuran Bojongkokosan

Pak Eddie Sukardi yang sudah berusia 98 tahun (2014), ingatannya masih sangat tajam ketika menceritakan runtutan peristiwa sejak proklamasi kemerdekaan hingga kedatangan tentara Inggris. Dan bagaimana beliau memimpin pasukannya dalam pertempuran di Sukabumi.

Teatrikal1
Anggota Bintaldam III Siliwangi mengikuti upacara dan teatrikal
teatrikal02
Anggota renactor dari Havebe, persiapan teatrikal

Sekutu yang terdiri dari tentara British Indian itu mengalami kekalahan yang cukup parah pada peristiwa penyergapan di Bojongkokosan.

Sejak tahun 2004, tanggal 9 Desember yang merupakan awal dari pertempuran konvoi ini dijadikan hari Juang Siliwangi. Pada Desember 2013, pertama kali Havebe mengikuti kegiatan hari Juang Siliwangi ini dalam bentuk teatrikal yang dihadiri Pangdam III Siliwangi – bapak Dedi Kusnadi, para veteran pejuang, dan rekan-rekan reenactor dari berbagai daerah.

Oleh : Ali SopanAnak Pengkolan

Pemberontakan APRA

Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari adalah peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950 dimana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.

Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah “Ratu Adil Persatuan Indonesia” (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang melakukan desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.

Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menelepon Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan. Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling.

Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran “penyerahan kedaulatan” pada 27 Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling. (Wikipedia)

apra04
Napak tilas lokasi kejadian

 

apra17
Peletakan karangan bunga di relief peringatan anggota APRIS yg gugur dalam peristiwa APRA

Pada Januari 2014, Havebe berkesempatan membuat kegiatan reenactment kejadian tragis  bagi kalangan APRIS yang menjadi korban keganasan milisi APRA. Tempat-tempat yang dijadikan peragaan ulang adalah di sekitar jalan Braga, jalan Asia-Afrika, jalan Lembong. Terutama di gedung Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang merupakan markas Stafkwartir Divisi Siliwangi dimana Letkol Lembong terbunuh.

apra14
Upacara mengenang yang gugur

 

 

Oleh : Ali Sopan Anak Pengkolan

 

Peringatan Serangan Umum 1 Maret 2014

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng,[rujukan?] untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI – berarti juga Republik Indonesia – masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. (Wikipedia)

IMG_539746136148
Pemeran pasukan Para Belanda, menduduki posisi di benteng Vredeburg

Pada tahun 2014 peringatan SO 1 Maret dilaksanakan oleh Paguyuban Wehrkreis yang bekerjasama dengan komunitas pecinta sejarah Djogjakarta 1945. Havebe menghadiri kegiatan tersebut dengan memberangkatkan 15 orang dan hampir semua memerankan pasukan para Belanda yang menguasai kota Jogja.

1530350_727900207221842_1582282216_n

Pada kesempatan ini komunitas pecinta sejarah dari berbagai penjuru tanah air berdatangan untuk ikut serta memeriahkan kegiatan. Antara lain datang juga dari Jakarta, Bogor, Medan, Bandung, Trenggalek & Surabaya.
Semangat perjuangan menyatukan visi dari para reenactor ini, tentunya juga dalam rangka turut  serta memberikan edukasi sejarah dan melestarikan semangat juang dan rela berkorban.

agungSurono

Kegiatan ini diawali dengan upacara bendera yang kemudian dilanjutkan dengan teatrikal pertempuran. Dimana para pejuang menyerang benteng Vredeburg yang dikuasai oleh Belanda.
Para reenactor cukup detil dalam memperhatikan property dan kelengkapannya, meskipun masih banyak kekurangan namun tidak mengurangi semangat seluruh peserta pada tanggal 1 Maret 2014 itu.

Oleh : Ali Sopan Anak Pengkolan

Darah & Doa – Remake

 

Darah dan Doa (dalam bahasa Inggris: The Long March [of Siliwangi] atau Blood and Prayer) ialah sebuah filmIndonesia karya Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara (setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan Indonesia). Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini (30 Maret 1950) kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional berdasarkan Keppres Nomor 25/1999.[1] Kisah film ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang Belanda yang menjadi tawanannya.

 

Film ini mengisahkan perjalanan panjang (long March) prajurit divisi Siliwangi RI, yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula, dari Yogyakarta ke Jawa Barat setelah Yogyakarta diserang dan diduduki pasukan Kerajaan Belanda lewat Aksi Polisionil. Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kepten Sudarto (Del Juzar). Perjalanan ini diakhiri pada tahun 1950 dengan diakuinya kedaulatan Republik Indonesia secara penuh.

Film ini lebih difokuskan pada Kapten Sudarto yang dilukiskan bukan sebagai pahlawan tetapi sebagai manusia biasa. Meski sudah beristri di tempat tinggalnya, selama di Yogyakarta dan dalam perjalanannya ia terlibat cinta dengan dua gadis. Ia sering tampak seperti peragu. Pada waktu keadaan damai datang, ia malah harus menjalani penyelidikan, karena adanya laporan dari anak buahnya yang tidak menguntungkan dirinya sepanjang perjalanan. (Wikipedia)

 

20
Firman sebagai Kapten Adam & Yogi sebagai Kapten Sudarto

Kali ini Havebe berkreasi untuk membuat remake film ini dalam beberapa episode dengan membuat beberapa adegan lebih detil sehingga durasinya menjadi lebih panjang.  Film ini tentunya bukanlah film komersil, melainkan merupakan kegiatan dari Havebe sebagai komunitas pecinta sejarah perjuangan, apalagi kisah film Darah & Doa ini menceritakan tentang pasukan Siliwangi.

18
Perjalanan pasukan Sudarto

 

19
Dirman sebagai Letnan Mula yang membalas dendam kematian anak buahnya kepada Karseno

 

17
Perjalanan menyerbu kaki Gunung Lawu

 

11
Tanta sebagai Sersan Sumbawa

Oleh : Ali Sopan Anak Pengkolan

 

Peringatan Konferensi Asia Afrika

Sejak tahun 2013, Havebe sudah mengikuti kegiatan peringatan Konferensi Asia Afrika yang diadakan oleh Museum KAA di gedung Merdeka.

Tahun 2014 ini, Havebe mengikuti parade dengan menampilkan pasukan Siliwangi dari tahun 1950 an yang waktu itu angkatan perang negara masih bernama Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat atau APRIS.

Parade dimulai dari jalan Naripan kemudian berbelok ke jalan Braga melewati bekas hotel Wilhemina, terus ke selatan kemudian berbelok ke jalan Asia-Afrika di depan Gedung Merdeka kemudian berbelok lagi ke jalan Cikapundung Timur di mana podium para undangan sudah menanti.

27

Para undangan yang hadir dalam peringatan ini antara lain : Wakil Gubernur Jawa Barat bapak Deddy Mizwar, Walikota Bandung, bapak Ridwan Kamil, wakil dari Kodam III Siliwangi, Komandan Secapa, Dinas Sejarah Angkatan Darat, konsulat negara asing, dan lain-lain.
21

Havebe yang pada kesempatan ini mengikuti parade, telah berlatih baris berbaris ala tentara tahun 1950an dalam beberapa minggu sebelumnya. Tentu saja tidak mudah karena gerakan dan perintahnya juga berbeda dengan baris-berbaris jaman sekarang.

13

14

Oleh  : Ali Sopan Anak Pengkolan